Tuesday, 6 September 2011

THE LAST LAIDBACK DAYS

 
photograph by Nittiofyran

Sejak lebaran lalu, saya terlalu berani mengambil cuti panjang. Empat hari termasuk dua hari libur--Sabtu dan Minggu, total berjumlah enam hari leha-leha. Bukan berarti saya tidak beraktivitas. I was working during holiday, I can't ignore those paper work. Shit. But it's fine and fun. Besides, I love what I do. Don't you think so; we have to love what we do?

Di samping memikirkan ratusan konsep pekerjaan, I was having an extraordinary holiday; with myself, my family, and my buddies. Dua hari setelah hari kemenangan umat muslim tiba, I was taking a fast trip with friends to Bandung. Seperti yang sudah saya duga, kepadatan kota Bandung tak dapat dihindari. Tapi meriah, karena tema 'kebersamaan' membuat perjalanan jadi sangat berkesan.

Saya juga sibuk memaksa diri untuk menikmati indahnya memiliki keluarga. Bukan karena selama ini tak pernah bersyukur, tapi... there's too much pressure to handled in the circle. As a young woman who have differences with the others, means; a woman with heavy smokers, strong attitude, and feminist. You tell me? What my Mom and Dad think about me? And what about the others? My aunt, my Mom's sister, and so on, and so on.  Meskipun demikian, Saya punya beberapa keponakan dan sepupu--yang setidaknya--punya arah dan cara berpikir yang sama. Singkatnya, mereka yang memilih untuk open mind. Namun saya menyadari, sebagai anak perempuan, saya harus bisa lebih mengerti dengan situasi mereka yang lebih 'klasik'. That's why I put aside my ego and begin to face any kind of whatever situations are. Yang saya lakukan tidak banyak dan tidak juga berarti. Hanya menjadi anak perempuan yang lebih sabar, menerima, dan nurut.

Satu hari setelah lebaran, saya berkumpul dengan keluarga besar di acara makan siang. Keesokan harinya, saya kembali hadir di acara makan siang dengan konsep yang sama. Selama dua hari itu, saya menjadi apa yang Ibu inginkan. Berpakaian selayaknya perempuan, pergi tepat waktu, tidak mengeluh dan bersikap baik selama makan siang berlangsung--for God's sake! smile. Well, it was not bad (after all).

Di hari Minggu, saya puaskan diri dengan menikmati kenyamanan rumah. Membuat kolase baru pada dinding meja kerja, ganti karpet kamar dan merapikan semua yang berantakan. Pada dasarnya saya sangat jatuh cinta dengan "beberes". Meletakkan barang pada tempatnya merupakan kesenangan tersendiri yang menyegarkan. I made my own scrap. And this is how I get the quality time with myself. Bermain dengan tujuh kucing Persia milik saya di rumah, nonton film di Cinemax, Star Movies sebanyak mungkin--suka tidak suka. Sesudahnya, saya lega. Ini yang saya lakukan--kurang lebih--dari hari ke hari, hingga kantor memanggil saya untuk kembali--esok hari. Dalam benak, saya akan memanfaatkan setiap menit untuk menikmati apa saja yang kondisi inginkan. Begitu masuk dua hari sebelum kembali bekerja, saya berusaha keras menyelesaikan tugas. Check! Check! Check!.

Dari semua kesenangan selama cuti panjang, pada hari terakhirlah saya benar-benar merasa di puncak bahagia. Dan rasanya penuh syukur dan berkah. Di suatu sore, saya mendadak bosan di rumah. Mendadak jenuh dengan pekerjaan kantor. Maybe it's good time to get massages. Yeah, why not?! Lalu saya mulai berpakaian, menyiapkan dompet dan mengambil kunci mobil. Sesaat setelah pamit dengan Ibu, Ayah sedang di teras depan--sibuk memberi makan ikan-ikan peliharaannya. Ketika itu, ia berpakaian seperti hendak pergi; mengenakan kaos polo, celana pendek, topi dan sepatu santai. I was like curious. Tapi, belum sempat saya bertanya, saya melhat sepeda teronggok di depan teras, seperti siap untuk dipakai bepergian. Di situ saya tahu, Ayah ingin bersepeda.

Yang saya lakukan; saya kembali ke kamar, mengganti pakaian, mengenakan baju santai dan mencari tas berukuran yang lebih kecil untuk tempat dompet dan telepon genggam. Beruntung sekali Ayah punya dua sepeda di rumah. Sehingga saya pun bisa bergabung dengannya. And there I was, afternoon fun: biking with my beloved Dad. Anda tahu apa yang saya rasakan? luar biasa bahagia. Rasanya, lima hari belakangan ini tak berharga sampai ini terjadi. Banyak hal yang saya dapat;  berolahraga, berhasil menitipkan dua baju di tempat laundry (salah satu destinasi bersepeda) dan menjelajahi peta komplek yang tak pernah saya lihat sebelumnya. Namun, dari semua itu, the most emotional part (can be), that I can spent my quality time with him. Meskipun kami sering berdebat, meski terkadang kami sering bertengkar, but that moment has bring back the all goodness in my life. My true happiness. Bike to joint.

Selama satu jam saya dan Ayah bersepeda. Berkeliling dari satu komplek ke komplek lainnya. Melihat aktivitas warga yang tak pernah saya jamah sebelumnya. This is a fun afternoon that never happened. Saya tidak pernah merasa semeringah ini. Since I fell apart from my four-year relationship, I never do the things that I want to touch and see. The more I think about him, the past and the lowest part in life, the more I think that the things was so right to do. Probably, I can't never have this perspective until I found myself how my life is so beautiful to be true. Terima kasih Ayah, peluk hangat cintaku untukmu.


Hope you can find your quality time just like what I did.


Enjoy your day, everyone.




I am ready to fly now...