Saturday, 12 May 2012

DAN TATKALA KELAM PUN MASIH MEMBAYANG... #12Mei98

#CeritaMalam

12 Mei 1998. Tepatnya 14 tahun lalu. Meski ketika itu saya hanya bisa menyaksikan tragedi Trisakti dari layar kaca rumah yang terpenjara, tapi dapat dipastikan saya bisa mengingat semua kebobrokannya. Saya masih begitu kecil untuk berwara wiri di luar. Yang saya ingat, mata saya terbelalak melihat sekumpulan mahasiswa bergerombol, berlarian ke sana ke mari. Pontang panting. Morat marit. Tak karuan! Yang saya ingat, jantung rasanya berdetak kencang tak beraturan. Meski jujur, ketika itu saya tidak tahu dengan apa yang sebenarnya telah terjadi.
Oh, Indonesia. Saya pikir ada apa? Ayah melarang saya ke luar rumah. Memastikan anak-anaknya untuk berada di sekitar mata. Bunyi letusan api yang dikeluarkan oleh senjata-senjata aparat. Entah, apa karena mereka "keparat". Yang jelas saya tidak suka. Saya takut mendengarnya. Saya marah. Dan saya masih begitu kecil untuk mengerti apa yang telah mereka pertontonkan kepada seluruh masyarakat Ibu Pertiwi.

Bayangan itu masih melekat erat di pucuk otak. Saya masih bisa melihat dan merasakan visual 14 tahun lalu, meski dari televisi. Yang jelas, sekarang, setiap kali mengingat, hati saya masih terluka, setiap kali terpaut, dan setiap kali terlontar, rasanya seperti geram. Saya tidak suka dengan 'aromanya'. Saya benci memupuk ingatan itu. Dan tatkala kelam pun masih membayang.


Wahai perempuan yang buah hatinya direnggut tanpa ada keadilan mengusut. Majulah tak gentar meski pagar di depan tak dapat dihajar! Bakar semua yang berkobar. Habiskan sampai tak bersisa akar!
 

-m