Friday 4 March 2011

Kata Sedotan: "Temanku Adalah Botol Minuman"

What a story.

Kejadian ini sudah lebih dari empat tahun terperangkap dalam ingatan. Saya baru menyadari betapa cerita ini begitu absurd dan berkesan.

Di satu sore beberapa teman SMA datang menjemput ke rumah. Saya duduk di depan sebelah pengendara. Kami berempat memutuskan untuk membeli sebotol minuman dingin dan berkeliling Jakarta hingga bosan!

Untuk membelinya, kami singgah ke sebuah warung langganan di pinggir jalan. "Aku tunggu di mobil ya..." saya rasa tiga orang saja sudah cukup untuk turun dan berbelanja. Tak lama mereka turun, datanglah truk pengangkut dan pengantar botol minuman yang kemudian memarkir persis di depan mobil kami. Mereka hendak menukar botol minuman bekas dengan kemasan baru yang masih segar di warung itu.

Sang supir turun dari mobil, tentu saja saya bisa melihatnya dengan jelas. Ia lalu mengambil satu rak berisi 12 botol minuman di belakang truk, dan tanpa sengaja menjatuhkan satu bungkus sedotan berwarna biru dari sisi rak tersebut. Supir itu tidak sadar. Saya melihat, seikat sedotan yang masih terbungkus utuh itu jatuh dikaki kanannya. Masih belum "sadar" ia pun bergegas mengantar rak botol itu ke penghuni warung.

Hanya beberapa menit kemudian, datanglah seorang laki-laki dari arah berlawanan mata memandang. Dengan jalan tertatih-tatih, kaos putih yang hitam legam (robek sana sini), membuatnya terlihat sungguh tak karuan! Ia mengenakan celana pendek compang-camping, rambutnya? berantakan seperti tak pernah dicuci. Terlihat lengket, seolah-olah, saya seperti dapat menghirup wangi tak sedap itu dari tempat saya berdiam. Kakinya telanjang, tangannya tak henti melakukan aktivitas "garuk-garuk" kepala. Matanya seperti menyatakan ia sedang berpikir keras, sangat keras, hingga tak tentu melihat ke arah mana?

Tampaknya ia stres hingga gila. Dia memang orang gila. Begitulah asumsi saya mengatakan. Namun, ketika itu, bagi saya yang sedang menunggu dan tak melakukan apa-apa, ia merupakan sebuah pemandangan yang sangat menarik.

Orang ini berjalan dengan pelan hendak melewati dua mobil yang parkir di sebelah kanannya (baca: mobil kami dan truk botol minuman).

Saya duduk dengan manis dan terus memerhatikan gerak geriknya, karena memang cuma dia satu-satunya hiburan saya kala itu.

Sesaat sebelum ia tiba melewati truk botol minum, matanya menangkap sesuatu. Ya, dengan jelas ia melihat satu bungkus sedotan berwarna biru, yang jatuh tak disengaja oleh si supir truk. Kemudian Ia berhenti, lalu menunduk, dan mengambil bungkus bening itu, dilihatnya sejenak, diputar-putarnya bungkus itu. Kemudian, dengan perlahan, ia selipkan bungkusan itu ke celah samping badan truk di atas sejumlah tumpukan rak botol minuman. Seakan sudah tahu bahwa sang pemilik sedotan, ya, si botol minuman.

Pikiran saya: ia tak gila?

Meski sedari tadi sejumlah orang "waras" melintas lajur yang sama, tak satu pun dari mereka yang memungut bungkusan itu. Apa yang terjadi dengan sikap dan level sensitif orang di masa ini?

Lucu! Posisi duduk saya nyaris tak berubah, dahi ini mengerut tak berpaling dari proses sikap orang "gila" itu. Saya terkesan sangat dan terkejut tanpa reaksi. Bibir ini pun tak sadarkan: melebar sendiri, merekah, lalu tersenyum. Takjub menatap proses perilaku orang gila yang entah realis atau surealis?

Selepas ia menaruh bungkus sedotan kembali ke "kampung", orang gila itu pun berlalu melanjutkan perjalanannya. Melewati mobil kami trrmasuk saya yang sedari tadi memelajarinya.

Hingga sekarang, Saya masih ingat betul kejadian langka itu. Pada hari yang sama tak henti-hentinya saya bercerita pada semua orang yang saya temui, semuanya tanpa kecuali. Begitu juga dengan hari ini, saya membaginya untuk Anda.

What's on your mind? Tell me! Note it!

Happy freaky day!

7 comments:

  1. ini bener² kejadian nyata yah?

    Beruntung sekali bisa mengalami langsung kejadian langka seperti ini. Jadi berpikir lagi kalo gw disana, siapa yang jadi waras dan ga waras.

    ReplyDelete
  2. Iya, ini benar nyata. terjadi sekitar enam tahun yang lalu pas masih di SMA.

    Saya memang sungguh beruntung bisa melihat kejadian itu langsung. mungkin kamu punya cerita langka yang berbeda yang bisa dibagi :)

    Happy day!

    ReplyDelete
  3. hihihihihhihi sayang banget aku kayaknya jarang punya pengalaman langka seperti ini.

    Btw, nice blog. Aku suka tulisan²nya.

    rikues donk, buat komennya dibuka buat URL juga

    ReplyDelete
  4. Hi Mawaddah,

    iya, aku juga gak percaya kalau bisa mengalami hal seperti itu. Aku rasa kamu pasti pernah mengalami sesuatu yang unik juga, cuma mungkin kamu gak "ngeh" :)
    kapan-kapan ceritain ke aku, ya, kalo kamu punya cerita unik sendiri untuk dibagi.

    btw, komen dibuka untuk URL itu maksudnya apa ya? :)

    akhir kata, terima kasih, ya, sudah meninggalkan pendapat :)

    good day,
    m

    ReplyDelete
  5. Jadi select profile di commentnya ada pilihan name dan URL, jadi yg ga punya account google, aim, dan blablablabla , bisa komen juga.

    Nah skrg udah bisa *yeaaayyy*, kemaren² blom ada.


    btw: ini mawadddah ;)

    salam kenal yah

    ReplyDelete
  6. Hi Mawaddah,

    Senang mengenalmu :)
    salam kenal juga!

    iya sudah aku rubah setting komennya.
    hi hi hi, makasih banyak ya!

    have a good day,
    m

    ReplyDelete
  7. terkadang yg waras jadi 'gila' dan yg gila jadi 'waras' :D
    sepertinya lelaki itu masih mempunyai sense awareness akan sekitarnya.. and you're lucky bisa lihat kejadian itu mbak! bisa jadi bahan 'renungan' bahwa manusia yg waras harus lebih aware terhadap lingkungan sekitarnya dan jangan mau kalah sama yg 'gila' hehe..

    ayo menulis lagi!

    ReplyDelete