Showing posts with label attitude mind. Show all posts
Showing posts with label attitude mind. Show all posts

Monday, 22 October 2012

SUMMARY: TINKER, TAILOR, TRY

Not many things work perfectly the first time--new product development is a labyrinth of wrong routes and dead ends.

And, yes! Ideas need noodling and tinkering and fiddling to become workable.

So, let's move to nurture the good idea. Spend a little, not a lot.

Tinker with the concept. And then, tailor it to better fill the needs of the target audience.

And most importantly, try something. Try this, try that. Do: something make an ad concept, build a prototype, give out samples.

Then tinker some more, tailor it a bit, and try again.

But (let say) If it's a bad idea, what will be happen? (well) you'll know it. Drop it. If it's a good idea, you'll now be able to sell it to the corporation.

(keep this your number one highlighted) Note to self: Don't talk, don't have meetings, don't write memos. Before you get know whether it's a bad or it's a good idea. You will know.

-m

Wednesday, 17 October 2012

TOUCH DOWN: EKSOTIKA PULAU MUTIARA

Harum biru laut mengelilingi ke mana pun tapak kaki melangkah. Meraba cantik nuansa tenang pulau Pinang, ditemani atmosfer sejarah yang tak pernah hilang. 


BERVAKANSI KE SATU NEGERI di pantai Barat Laut seme­ nanjung Malaya, benar, terasa hangat. Dari Ja­karta, ke tempat ini hanya membutuhkan waktu 2,5 jam lewat jalur udara. Hingga sekarang, masih Air Asia—satu-­satunya—yang menawarkan jad­wal terbang langsung dari Jakarta menuju Penang. Bukan sebuah berita bila warga penjuru du­nia sering singgah ke Penang, demi kepentingan mendapat medical treatment terbaik. Sederet ru­mah sakit dengan teknologi terkini, para dokter dan profesor terkemuka, pelayanan bersahabat, serta ekonomis? Semua tersedia. Mereka hadir untuk menjawab “kekhawatiran” bagi mereka yang membutuhkan sehat. Menjadikan pulau ini sebagai tempat “penyembuhan” ideal, termasuk bagi masyarakat Indonesia. 

Kita mengenalnya dengan sebutan Pulau Pi­nang atau Penang dan dalam bahasa Melayu lama disebut: Isle of the Betel Nut. Penduduk setempat mengakui; Pulang Pinang Pulau Mutiara, karena kelembutan warna laut dan pasir putihnya yang mendandani pantai. Namun, bagi saya, tidak hanya kemajuan dunia medisnya yang menjadi alasan untuk bertandang. Tempat ini adalah saksi sejarah yang teramat utuh. Rasanya, tak ada yang lebih indah selain menyaksikan bangunan­-bangunan otentik nan kokoh ­­telah berdiri sejak 1700­ an. Inilah wajah asli Penang. Pemerintah setempat melarang keras penduduk lokal untuk mengubah konstruksinya. Meskipun demikian, warga diper­silakan mengecat ulang warna­-warna dinding yang mulai pudar, membetulkan jendela maupun pintu agar kuat kembali atau membenarkan pon­dasi yang tentu saja sudah rapuh. 

Lebih dari satu abad, kolonial Inggris me­nguasai negeri ini hingga tahun 1957. Jadi, bisa dibayangkan gedung­-gedung tinggi menjulang ala British memenuhi pandangan mata saya ketika itu. Salah satunya tampak jelas di daerah terpopuler, tertua, sekaligus Ibu Kota negeri Pulau Pinang, Georgetown. Dahulu, kota ini pernah dipimpin oleh seorang raja muda Ing­gris bernama Raja George III. Titel Georgetown, dihadiahkan sebagai bentuk penghormatan terhadapnya. Bisa dibilang, nyawa sejarah dan hiruk pikuk politik ada di sana. Gedung­-ge­dung berumur ratusan tahun masih tertata rapi menghiasi sudut kota. Be­cak­-becak klasik melaju riang, siap mengantar “tuan” bepergian. Bagi kita yang jatuh cinta pada budaya Cina dan India, hasrat tersimpan ini akan cukup terpuaskan dengan menemukan ba­nyak candi-­candi peribadatan yang sa­ngat terkenal lewat ukiran­-ukiran pe­nuh cerita di setiap dindingnya. 

Cerita murni keluarga Cina Nyonya Baba pada abad 19, melengkapi ruang nyata akan warisan-­warisan leluhur pada masa itu. Di kota Penang, para kaum elit, seperti Ratu Elizabeth II pernah tertulis sebagai penduduk setia semasa usia 31. Itulah sebab, Penang dijadikan kota federasi pertama dari Malaysia (setelah Singapura) sebagai jantung kota yang sibuk. Aktif dan se­mangat hingga sekarang. Berkat pesona arsitektur dan kisah abadi tersebut, UNESCO mengukuhkan Georgetown ke dalam World Heritage Site pada ta­hun 2008. Semenjak itulah, gedung­-gedung tinggi nan megah dilarang keras memadati kawasan ini. Saya dibuat takjub akan ketegasan mereka. 


BAYANGKAN SEBUAH TELAGA RAKSASA. Menye­ruak di balik kedamaian suasana yang seksi. Begitulah perasaan saya ketika tiba—bersama sejumlah kolega dekat—di Penang International Airport yang terletak di Bayan Lepas. Ke mana pun kaki saya melangkah, pemandangan laut selalu terbentang indah menye­limuti area seluas 10.463 km persegi ini. Lewat sedikit penggalian internet tentang Pulau Pinang—sebelumnya— membawa saya pada ilustrasi negeri khayangan. Indah. Benar­-benar bak mutiara di tengah laut. 

Persis seper­ti imajinasi saya, dalam perjalanan menuju hotel, terlihat samar Penang Bridge yang berdiri tegap di atas laut. Jembatan yang dibangun sejak 1985 tersebut menghubungkan Pulau Pinang dengan mainland—sebutan un­tuk negara bagian Malaysia lainnya. Ia memiliki tiga jalur sepanjang 13,5 kilo­ meter yang ditopang dua pondasi kuat. Melihatnya, mata seperti tak ingin lepas memandang, kepala pun—seiring kendaraan bergerak—ikut berputar tak beralih. Inilah jembatan terpanjang di Asia dan saya sedang menatapnya.

Memasuki setengah perjalanan, tertulis besar­-besar “Dua kilometer menuju Hard Rock Hotel Penang” pa­da sebuah baliho besar di pinggir jalan. Senang! Karena artinya kami akan segera ti­ba di salah satu tempat penginapan terbaik di sana. Tapi, sesampai di sana, saya dan beberapa teman, tak ingin berlama-­lama lagi. Segera kami meluncur menjawab rasa penasaran lainnya tentang negeri Penang. 

Se­lanjutnya, kami dibuat terpana mene­lusuri kawasan Air Itam, di mana satu tatanan kota menjelma di baliknya. Di sana, kuil Budha terbesar se­Asia Tenggara, Kek Lok Si Temple, sejak 1890 masih teronggok mantap dengan megahnya. Hari belumlah malam, saat kaki ini dengan manisnya menapak santai, hingga ke lantai atas. Saya dapat melihat jelas seluruh isi kota Air Itam dari puncak sana. Sejuk, awan-­awan putih menari pelan memamerkan ke­damaian. Pada Tahun Baru Cina, kuil ini akan dipenuhi oleh ribuan cahaya, menjelma menjadi tempat yang amat menyenangkan di mana ribuan orang bersembahyang di bawahnya. 

SAMBIL MENUNGGU SORE yang semakin menghampiri, di sini, di Air Itam, ber­naung melegenda sebuah gedung pen­didikan terkenal dari Cina: Chung Ling High School. Saya sempat mendengar sekolah hebat tersebut dari seorang teman yang bekerja di Penang Global Tourism. Berkali­-kali ia mengatakan Sekolah Menengah yang digagas pada 1917 ini, dideklarasikan sebagai seko­lah terbaik di Negara Malaysia. Hanya siswa dengan nilai A sempurna yang boleh mendaftar. Program studi pra­ universitas telah menjadi salah satu pelajaran andal milik Chung Ling. Kursus ini dimulai pertama kali pada 16 Januari 1967 dan hanya ada lima perempuan yang berhasil diterima dari total 36 siswa yang didaftarkan.

Dengan berlakunya kebijakan 60­ 40 oleh pemerintah setempat, men­dorong lebih dari 90% siswa agar mendalami studi Science Stream- ing daripada Art Streaming. Sosok­-sosok mendunia seperti Khaw Boon Wan, Menteri Kesehatan Singapura dan Ming Tatt Cheah, immunologist terkemuka di Universitas Standford, California, lahir dari sekolah ini. Pada 1942, sekolah tersebut sempat mengalami renovasi berulang kali, akibat gemparnya Perang Dunia II, saat di mana Negeri Penang jatuh ke tangan Jepang. Kala itu, operasi Sook Ching— pembantaian massal—dengan biadab menyiksa 10 guru lokal dan lebih dari 40 siswa menjadi korban kebrutalan mereka. Tragis, namun mereka bangkit segera, sesaat setelah Inggris meng­ambil alih kekuasaan—kembali—tahun 1945. Seiring proses waktu berjalan, Chung Ling tumbuh menjalankan visi dan misi mulia seperti semula. Mem­perbaiki konstruksi gedung dan resmi “utuh” pada tahun 2002.

 Kenyang akan mendengar kisah­ kisah nyata di belakang Sekolah Mene­ngah Chung Ling, tak terasa, perut ko­song saya mulai “berteriak”. Kami pun bertanya-­tanya makanan khas kota Air Itam apa yang terkenal? Jawabannya Laksa, maka­nan berjenis mi yang dihiasi bumbu kental ala budaya Peranakan; gabung­an antara suku Tionghoa dan Melayu. Meskipun, termasuk makanan mem­bumi asal Pulau Pinang. Namun, se­mangkuk laksa di persimpangan jalan Kek Lok Si Temple berada, menawar­kan rasa ‘berbeda’ dari laksa lain­nya. Bentuk mi yang bulat putih dan sedikit tebal, memanjakan lidah lewat siraman dua variasi rasa berbeda: asam sangat tajam atau dimasak menggu­nakan banyak susu kelapa. Ketika ma­tahari hampir tenggelam, aroma kuah laksa yang kuat dapat membangkitkan semangat kembali berkibar. ”Mari me­lanjutkan “penggalian”!” seru saya ke­ pada seorang teman seperjalanan.  

PENGHUNI TETAP NEGERI INI merupakan cam­puran unik dari darah Cina, Melayu, India, dan Siamese. Dari situ, garis budaya pun melebur beragam men­jadi komunitas Peranakan. Kelompok pertumbuhan yang terkenal hingga se­karang terbagi menjadi; Nyonya Baba— orang Melayu lebih suka menyebutnya demikian dibandingkan panggilan Ba­ba Nyonya—Jawi Peranakan (Melayu muslim yang menikah dengan India atau suku Cina, lalu men­ jadi muslim), dan Eurasians (perpaduan Eropa dan Asia). Menghadirkan kesemarakan yang tentu menurun ke wisa­ta kuliner dengan aneka rasa bak urutan alphabet. Dari A hingga Z, berbaur lezat ma­cam-macam aroma Asia. Sedikit asam, kadang manis mengejutkan, dan yang ter­ penting otentik.


Tak puas hanya laksa, kami pun berpindah menuju tempat makan sebenarnya. Udara sejuk malam di Pusat Penjaja Anjung Gurney (dekat Plaza Gurney berlokasi), membangkitkan selera kami untuk sekali lagi mengu­nyah menikmati makanan khas Per­anakan yang menggelitik rasa lapar saat itu. Pasembur, sekilas tampak mirip dengan rujak. Di Penang, pasem­bur dikenal sebagai adonan yang da­tang dari “tangan” suku India. Berisi bermacam adonan gorengan, dadih kacang, kentang yang direbus, udang goreng, telur rebus, tauge, cumi­-cumi, dan mentimun. Saya pun langsung me­motret wujudnya dengan cepat, meng­abadikan agar bisa dipamerkan sepu­lang ke tanah air nanti. Wisata kuliner yang satu ini memang sejenis makanan “aduk­aduk” nan gurih. Dibalur cam­puran saus kacang pedas dan manis, mengubahnya menjadi warna cokelat pekat yang sangat menggugah selera. Di sinilah letak citra rasa warna­-warni sajian Pulau Pinang yang “aneh”. Sung­guh hidangan ringan asyik untuk dici­cipi beramai­-ramai. Benar, rasa asam dan manis pun menyatu. Lucu sekali.

Siapa yang tidak tergoda, menik­mati wangi laut, sambil menyantap makanan klasik tanpa pertimbangan? Sepuas menyelesaikan sisa pekerjaan tertunda, sepuas itu pula jiwa raga kami menghabiskan malam seusai mengisi penuh kekosongan perut. Bincang­ bincang renyah di antara kami pun tak berkesudahan. Sembari menanti malam melarut, kami menunggu kan­tuk di tepi pantai. Hingga waktu tiba mengembalikan kami ke tempat tidur yang didambakan. Memasuki ruangmimpi sambil tersenyum, karena pe­ngalaman—setengah perjalanan—Ne­geri Penang yang begitu berkesan.

Mengenal dan membiarkan diri terbasuh budaya lebih dekat, seperti mengalami pengetahuan yang tak ter­bayarkan nikmatnya. Saya haus akan silsilah yang tersimpan di balik Asia. Membuatnya begitu “langka” dan tak kalah tanding, jika disejajarkan dengan negara­negara Barat. Apa yang lebih in­dah, selain berkumpul bersama orang terdekat, menyaksikan dan merasakan momen­momen “romantis” ala kita? Singgah ke Pulau Pinang, merupakan piknik surgawi yang menjunjung tinggi ketenangan dan orisinalitas. Ingin me­lakukan perjalanan singkat dan memu­tuskan mengambil penerbangan paling pagi dan kembali di malam hari? Sa­ngat bisa dilakukan! Ambil waktu libur untuk menimba semangat dan meng­apresiasi hidup lebih dalam lagi. 

____________
This article was published in More Indonesia magazine, February 2011.
Writer: Miranti Sudrajat
Art Director: Astri Lusiana
Photo: Dok. More Indonesia

















































Enjoy,
-m

BERBAGI CERITA DI DAILYSYLVIA.COM, YOUR NEW E-MAGAZINE, YOUR CUP OF JOY!


Garage Sale yang saya kerjakan sejak tahun 2008, tampaknya membuat sejumlah orang tertarik. Salah satunya dailysylvia.com. E-magazine yang terbilang baru ini, melirik saya di satu sore dan bertanya apakah saya bersedia berbagi cerita seputar hobi sekaligus mata pencaharian yang menyenangkan ini. Setelah menjawab semua pertanyaan yang dilontarkan oleh sang penulis, inilah artikel mereka tentang kegiatan itu. Terima kasih dailysylvia.com.

Selamat membaca.























































































Temukan berbagai berita, artikel, atau catatan inspirasi lainnnya di dailysylvia.com.

Enjoy your day!
-m

Wednesday, 3 October 2012

PHOTOSHOOT: THIS IS WHAT YOU NEED TO KNOW

























Untuk melakukan sebuah photoshoot setidaknya Anda membutuhkan tim yang mengerti dengan peran masing-masing; writer, art director, photographer, dan kru.

Sebagai writer sekaligus pemilik artikel food berjumlah delapan halaman spread ini (for instance), harus datang dengan tema yang besar. Baru setelah itu 'memperkecilnya' ke dalam pointer yang menunjang tema secara keseluruhan. Di sesi proyek photoshoot terakhir semasa saya masih bekerja sebagai Feature Writer di More Indonesia magazine, edisi Mei 2012, saya berangkat dari tema "Healthy Breakfast" yang kemudian di approved menjadi sebuah tema besar yang dikemas secara unik. Saya menyertakan satu buah lagu ke dalam tiap-tiap menu breakfast. Cara baru menyantap makanan pagi Anda. Menyantap sambil mendengarkan musik.

Sebelum mengeksekusi konsep. Bumbu mentah yang terdiri dari hanya tema ini kemudian dikembangkan melalui mind mapping. Mind mapping merupakan cara kreatif yang biasa dilakukan oleh copywriter untuk mengembangkan ide dan menemukan kata-kata tersembunyi di balik tema besar. Once you satisfied, you will stopped.

Saya lalu muncul dengan negara Prancis, yang banyak membuahkan asumsi bahwa negara ini menyimpan 1001 resep sehat. Kira-kira resto bergaya Prancis mana yang bisa saya ajak kerjasama untuk melakukan photoshoot ini di Jakarta? Madeleine Bistro milik Eileen Rachman memenuhi semua kriteria yang kami butuhkan; menu dan atmosfer.

Selanjutnya, set jadwal lokasi, chef, dan menu pilihan. Untuk mewujudkan itu semua, Anda cukup menghubungi Public Relation atau orang marketing dari resto tersebut. Jika perlu, datang dan berkunjunglah ke lokasi. Seperti yang saya lakukan untuk mengecek layout tempat dan memilih langsung sejumlah menu sarapan pagi yang sehat ala Prancis. Anda juga bisa berdiskusi dengan PR dan minta rekomendasinya untuk memmbantu memilihkan menu best seller. Take the note: stick with the concept.

Photoshoot ini dieksekusi ke dalam 8 halaman spread. Artinya 1 halaman opener (pengantar penulis berserta foto), 5 halaman berisi 5 menu, dan 2 halaman terakhir untuk daftar resep dan cara membuat. Gunakan bahasa dan cara penyampaian yang mudah dimengerti oleh pembaca Anda.

Saya terbiasa membuat sketsa kemudian menyiapkan mood board, sebelum akhirnya berdiskusi dengan art director. Saya menggambar 8 halaman spread dengan pensil dan menentukan secara rough (kasar) mengenai tata letak artikel secara menyeluruh, termasuk jumlah tulisan, letak foto, letak judul BEsar-kecil foto, dan keterangan. Sertakan referensi artikel serupa sebagai bayangan diskusi. Seorang art akan merasa lebih mudah jika diberi sisipan visual.

Untuk mood board, saya cukup mengumpulkan 10-15 foto makanan yang diambil dari berbagai sumber. Ini akan mempermudah pekerjaan photographer dalam pengambilan gambar. Mood Board artinya menyampaikan mood dan tone color dari pengambilan foto; termasuk warna lighting, angle, dan layout.

Dalam proses pematangan konsep, art director akan memberi pandangan-pandangan visualnya yang kadang tidak bisa dijangkau oleh seorang penulis. Inilah mengapa kerjasama tim sangat dibutuhkan di awal. Selanjutnya, writer dan art director berdiskusi dengan photographer tentang konsep yang sudah lengkap. Sudah menjadi peran photographer untuk merealisasikan kebutuhan artikel sesuai konsep. Tentu dengan dengan berbagai masukan dan improvisasi darinya.

Sebelum pemotretan, saya akan menyiapkan sejumlah kebutuhan foto. Dalam hal ini; peralatan makan dan alat-alat penunjang untuk properti foto. Seperti piring dan mangkuk dalam berbagai model dan ukuran, serbet dan taplak beragam warna, serta talenan kayu yang stylish. Saya juga berbelanja bumbu-bumbu masak. Kembali ke konsep. Sarapan pagi sangat erat dengan telur, roti, susu, sayur, dan keju, sehingga, daftar seperti inilah yang akan membantu foto-foto Anda semakin berwarna dan mencapai konsep utama. Sekaligus bisa menjadi 'bahan' satu halaman opener yang Anda butuhkan. Jika 'sedikit' bingung, cukup intip isi resep dari menu makanan yang akan dipotret. Take the note: remember to always refers to the big theme.

Properti foto merupakan elemen penting yang harus dipikirkan setelah Anda membentuk konsep. Saya terbiasa dengan "tidak mengandalkan satu sisi saja", artinya, meski (mungkin) Madeleine Bistro sudah memiliki dan menyediakan semua kebutuhan, sebisa mungkin saya menyiapkan sendiri. Dengan begitu saya tidak merasa kekurangan saat perlu 'penghias' tambahan.

Terakhir, berkerjasamalah! At the end of the day, this article not made by yourself, but made by a team. A good teamwork! Setiap profesi memiliki peran masing-masing, but as a writer you have a capability to deliver the whole thought, the whole concept and make it real! And Here I share you the eight spread-food article that I told. Let's hear from your side!

Published in More Indonesia magazine, May 2012, Healthy Breakfast on "Rise & Shine".
Writer: Miranti Sudrajat
Art Director: Astri Lusiana
Photographer: Rynol Sarmond
Total pages: 8 Pages










-m

Sunday, 8 April 2012

Crossing The Street

image by Getty Images


I really don't understand with today-attitude of people.

While am with a bunch of friends, walking along a street to find our dinner. Yet we need to cross, the place is in the opposite of our rows. Well, anyway, our crossing's style it's actually not in a proper way to do. There is no allowing-cross sign. It's definitely false. Yet we still crossed. But I know one thing, while am crossing I need to slow down and see the both side, left and right. So whenever the green light are ready and told me to go, then I will run as fast as I can. Though the street are empty and no cars in the distance.

But, my friends, while my legs are keep running, they was like in a laid-back style, walk easy, and very slow. I swing my hand and grab his, I say "Come on, buddy, we should run." and he said "Why rush, there are no cars crossing us." At that moment, I thought is it me, act like am paranoid, or is it them who underestimate the risks? He must be crazy, then.

I against those kinda thought. I think when we try to do something that shouldn't we do, then we must be doubly careful than usual. Specially when it talks about facing dangers and someone's life. We don't want to put people in trouble for what we do. You may not only endanger yourself but also others.

-m

Thursday, 26 January 2012

Salam dari Ujung Timur

Attitude act:

"Malam ini Jakarta riuh sendu. Hujan, baru saja turun membasahi jalanan-jalanan yang penuh sesak oleh debu. Aku pun sudah duduk tenang di rumah, menghirup secangkir teh hangat dan menikmati sebatang rokok kretek favorit. Entah apa yang membuatku tak ingin berlama-lama di luar sana. Letih, lelah, bega, dan penat. Aku hanya ingin pulang, rebah dengan tenang, lalu menyenandungkan kata sambil riang." kataku lepas.

Selamat menikmati gulita.

Tuesday, 18 October 2011

[gratitude of the day] I found it Swinging

Let's the melody swinging for you....
I just found this song, and it's reminds me to how life is beautiful. And how sweet it can be, when once you open wide, there is a time you can always gratitude. And here is the song that can make you relax and appreciate things. Thing that the small one can really make a big dream! Come, seat, smile and listen the song along with me. Then you will realize.


Till There Was You
Original song by Meredith Willson
Sing by The Beatles

There were bells on a hill
But I never heard them ringing
No I never heard them at all
Till there was you

There were birds in the sky
But I never saw them winging
No I never saw them at all
Till there was you

Then there was music and wonderful roses
They tell me in sweet fragrant meadows of dawn and dew

There was love all around
But I never heard it singing
No I never heard it at all
Till there was you

Then there was music and wonderful roses
They tell me in sweet fragrant meadows of dawn and dew

There was love all around
But I never heard it singing
No I never heard it at all
Till there was you Till there was you

--
Now, check your old collection and surprised yourself.


Happy life, everyone.
-m

Tuesday, 11 October 2011

The Point When Alert

There are so many things happening lately. It really is confusing. Things that undermine the content of the brain until I was at alert stage. Things that are damaging and potentially destroying the focal point. I will not let it happen. No one can destroy what I have painstakingly correct. I will not let people rob what I dreamed.

One can only assume, leaving the impression, judging and assume that their true self. People should know that there is a truth behind the truth. People should realize and understand the balancing of "mind". We can not always please people. And I'm learning, you win some, you lose some. And sometimes how beautiful the pros and cons of it are present in the midst of an argument.

People seem to start removing an important process - discussions. We need to discuss and review issues carefully until the results of saying "this is perfect". Until the time we closed and lay the body, we fell asleep happy, because we do a method called thinking. I guess I'll fight it right this time. There is no worse enemy than silence when discontent sets in. I'm not going to shut down and false my mouth again. We have a voice and way of thinking that deserves to be heard. All are free to have opinions. And if it's like a high wall began to collapse, I'll hold it back before it was collapsed. No one else could make me go back to thinking the worst in life. I will conduct stringent protection against heart and mind. Now is the time to go forward - looking back and looking further without stopping. Without a point.

Straight your mind.
-m

Tuesday, 26 July 2011

Sebelum Terlelap, Melodi Menetap

Sementara |
| by Float
 
...
Dan tatkala semua keluh dan peluh pun meneduh...
---------------------------------------------------------------------
Sementara teduhlah hatiku
Tidak lagi jauh
Belum saatnya kau jatuh
Sementara ingat lagi mimpi
Juga janji janji
Jangan kau ingkari lagi

Percayalah hati lebih dari ini
Pernah kita lalui
Jangan henti disini

Sementara lupakanlah rindu
Sadarlah hatiku hanya ada kau dan aku
Dan sementara akan kukarang cerita
Tentang mimpi jadi nyata
Untuk asa kita ber dua

Percayalah hati lebih dari ini
Pernah kita lalui
Takkan lagi kita mesti jauh melangkah
Nikmatilah lara
Jangan henti disini
---------------------------------------------------------------------
...
Dan tatkala senyum pun merekah dalam kenyamanan langkah...

Sweet dream, everyone.

Friday, 8 July 2011

Kontak Mata si Burung Gereja














Today is a quite strange day to spend... And again I will share all the things that I can share. It's the least I can do for you...

Seperti biasa ritual pagi membangunkan saya untuk melek. Begitu mata terjaga dari alarm yang berbunyi, saya pun berdoa untuk kelancaran hari. Mungkin Anda memiliki ritual yang serupa dengan kebiasaan saya. Apapun itu, berdoa adalah baik, dan yang baik akan menuai hasil yang sama (tak peduli dalam bentuk apa). Lalu, bangunlah saya. Membangkitkan tubuh dari hangatnya tempat tidur bukanlah  pekerjaan yang mudah. Butuh "usaha" besar untuk melakukannya; meneguk segelas air putih dan bergegas membasuh diri. Saya pun siap beraktivitas.

Hari ini saya berangkat lebih pagi dari biasanya. Ada jadwal regular yang harus dituntaskan. Sebagai pekerja tinta, minggu-minggu deadline merupakan momen sakral yang penuh ujian; menjaga mood dan pikiran untuk tetap positif dan sering-seringlah tersenyum. Menjauhkan diri dari zona stress dan kepenatan bukanlah sesuatu yang mudah untuk ditangkis. Jika sudah begitu, saya akan mencari hal-hal lain yang dapat memotivasi saya kembali semangat. Saya yakin Anda memiliki penangkal sendiri untuk memutarkan mood yang jelek menjadi lebih mudah. Yang penting Anda harus tenang dan yakin bahwa semuanya akan berjalan dengan baik.

Pagi ini, semua checklist tercontreng maksimal; mood saya sangat positif, hati saya luarbiasa tenang, dan pikiran saya penuh dengan ide. Sehingga bahasa tubuh pun menjadi lebih enak dipandang. Tapi, itu semua didukung oleh sebuah kejadian di tengah perjalanan menuju ke kantor. Dari rumah, saya harus melewati tiga medan tempur; jalan Pramuka, jembatan layang proklamasi dan sepanjang jalan Imam Bonjol. Macet? Itu sudah pasti. Yang perlu kita jaga adalah kebesaran hati saat menyetir; mengantri, mengalah, menyalakan lampu sign, dan menginjak gas secara perlahan. Saya pun terkadang masih suka emosi ketika melihat sejumlah kendaraan berlaku seperti 'binatang'. Namun, begitulah ujian kita setiap pagi. Saya yakin Anda turut merasakannya.

Satu momen langka yang menimpa saya pagi ini, puji syukur, bukanlah suatu hal yang mengecewakan hati. Rasanya, jawaban doa yang baik dapat berupa apa saja dari Tuhan. Well, I'm not a religious person, but I do pray, and I believed. I bet you have your own mode to express your gratitude. Di tengah perjalanan medan perang yang pertama, berhentilah saya di lampu merah berdurasi panjang di baypas menuju Pramuka. Bila diperhatikan, lebih dari 180 detik saya menunggu tanda jalan kembali menyala di perempatan itu.

Sejenak, saya mengutak-ngatik selular (saya melakukannya hanya dalam keadaan berhenti, and you should do the same thing). Membuka akun twitter dan memperhatikan sederet informasi yang berkicau-kicau tentang berita hari ini. Sangat membuat saya pintar. Dalam seperkian detik, pandangan saya pun terkecoh dengan sejumlah burung gereja yang berterbangan di sebelah kiri mobil. Lebih terharu lagi, ketika salah satu dari mereka hinggap di sudut kiri bawah kaca depan mobil. Tak dipungkiri lagi bagaimana ekspresi saya saat melihat tingkah laku burung mungil yang bertenggek itu. Anda pun dapat menebaknya. Saya tersenyum dengan spontan, menatap, dan terus merekah.

Selama 150 detik saya memandangnya tak henti. Uniknya, burung itu memandang ke arah saya sambil terus mengedip-ngedipkan kedua matanya. Tapi ia memandang saya, aneh rasanya. Entah apa yang ingin ia sampaikan. Dalam pikiran saya--sambil terus memperhatikan gelagatnya--semoga ini merupakan berkah melimpah untuk memulai hari. Hitungan waktu pada lampu merah pun tinggal 30 detik lagi. Mengingatkan saya untuk segera mengabadikan momen tersebut. Selular saya siapkan, klik tombol kamera, dan berhasil-lah saya menangkapnya dalam sebuah frame. Begitu tangan saya melepaskan selular, dalam hitungan detik burung gereja itu sudah pergi, hilang tanpa tanda-tanda. Saya? Masih terpaku. Tapi tak dibiarkan lama karena lampu merah sudah berganti hijau.

Peristiwa itu mempengaruhi sepanjang hari. Bak sebuah mimpi, saya tak berhenti memikirkan skenario itu. Saya pun jadi ingin tahu; meng-googling-nya di peramban dan tak satu pun saya menemukan arti dari tingkah laku burung gereja. Saya masih ingat, bahasa tubuhnya seolah berbicara fasih. Matanya seperti mengadu kontak membalas senyuman saya kala itu. Satu adegan langka yang membawa hari saya penuh syukur dan positif. Apapun rahasia yang tersimpan di belakang kejadian itu, saya percaya hal itu adalah baik dan saya menghabiskan hari dengan baik.

Malamnya, setiba di rumah, seorang sahabat mengirim pesan pendek. Kalimatnya yang singkat itu berisikan sebuah kabar duka cita. Bahwa tadi pagi, ayah dari suami teman dekat kami telah berpulang karena mengalami serangan jantung mendadak. Saya pun langsung menghubungi teman dekat yang sedang kehilangan. Dari seluruh cerita yang ia bagi, berkahnya, almarhum "pergi" sesaat hendak menunaikan shalat subuh dan berakhir dengan senyum. indahnya.

Setelah membaca cerita ini, saya tak tahu apa yang ada dalam pikiran Anda. Anda bebas menginterpretasikan segala sesuatu tentang pertemuan saya dengan si burung gereja. Apapun itu menurut Anda, saya tak pandai mengungkapkannya. Saya hanya bisa berbagi dan yakin sedikit banyak kisah ini memiliki manfaat bagi kehidupan. Tergantung dari sudut mana kita memandangnya. Bagi saya, setiap detik, setiap menit dalam satu hari sungguh berharga untuk dieksplor. Take your lesson from where you want to start.

Happy day, everyone,
-m

Tuesday, 7 June 2011

Chasing Pavements | by Adele

I've made up my mind, don't need to think it over
If I'm wrong I am right, don't need to look no further
This ain't lust, I know this is love

But if I tell the world, I'll never say enough
'Cause it was not said to you
And that's exactly what I need to do if I'd end up with you

Should I give up or should I just keep chasing pavements
Even if it leads nowhere?
Or would it be a waste even if I knew my place
Should I leave it there?
Should I give up or should I just keep chasing pavements
Even if it leads nowhere?

I build myself up and fly around in circles
Wait then as my heart drops and my back begins to tingle
Finally could this be it?

Should I give up or should I just keep chasing pavements
Even if it leads nowhere?
Or would it be a waste even if I knew my place
Should I leave it there?
Should I give up or should I just keep chasing pavements
Even if it leads nowhere?

Should I give up or should I just keep chasing pavements
Even if it leads nowhere?
Or would it be a waste even if I knew my place
Should I leave it there?
Should I give up or should I just keep on chasing pavements
Should I just keep on chasing pavements?

Should I give up or should I just keep chasing pavements
Even if it leads nowhere?
Or would it be a waste even if I knew my place
Should I leave it there?
Should I give up or should I just keep chasing pavements
Even if it leads nowhere?

Saturday, 4 June 2011

Buka Perspektif


It's been a while that I'm not sitting in this chair to write some thoughts.
Again, I've learned from them who are in a very happy, sad or too complicated moment. It was a blessed that among of them trusted me as a good listener, also as a mind mapping-partner in their life. It's bless! Now I'm here, telling you this.

Selama sepekan ini saya sibuk bersosialisasi. Disamping huru-hara dengan setumpuk brief di atas meja, saya menyempatkan diri untuk sekadar bertemu atau berkumpul dengan para sahabat. Yang saya ambil, adalah sebuah kualitas dari suatu pertemuan; apa yang bisa dibagi, diberi, dan ditularkan. Kuncinya adalah harmonisasi. Sekali saja kita bisa menyinkronkan diri dengan jalan pikiran mereka, maka perspektif kita akan terangsang untuk menemukan jalur lain.

Saya dikejutkan dengan cerita seorang teman dari SMP. Kami berteman hingga sekarang. Bisa dibilang, perempuan ini merupakan teman terdekat saya selama 14 tahun berjalan. Baru-baru ini, kami melangsungkan pertemuan. Sebuah waktu berkualitas yang (sudah) jarang kami lakukan. Pada suatu malam, dalam perjalanan pulang menuju rumah dari kantor, hati saya tergerak untuk menghubunginya. Mengajaknya duduk ala kadar di bawah kedai kopi yang hangat.

Semenjak ia menikah dua tahun lalu, kami jarang bertemu. Satu-satunya hal yang biasa kami lakukan adalah saling menyapa di dunia maya. itu pun kami tak berbicara lama dan panjang. Jelas, statusnya tak lagi mudah seperti dulu. Saya pun segan dan berpikir dua kali bila ingin menyita waktu atau mengajaknya ke suatu tempat. Ditambah dengan kehadiran bayi perempuan lucu di tengah-tengah kehidupannya sekarang. Pasti makin banyak energi yang ia buang untuk itu. Tak tega rasanya membawa sang ibu pergi berlama-lama, jauh dari si kecil.

Ia bertutur, betapa bersukurnya dapat memiliki bayi secepat itu. Di mana beberapa pasangan—mungkin—berdoa-doa mengharapkan momongan. Saya senang dengan kata itu, “bersukur”. Ungkapan tersebut mampu membuat darah saya mengalir tenang. Tentram rasanya. Awalnya, saya terkejut bukan main saat ia menyatakan ingin menikah. Yang saya tahu, ia merupakan perempuan mandiri dengan segudang impian. Semangatnya membara, meronta-ronta ingin melakukan banyak hal. Sehingga, ketika kata “menikah” terucap dari bibirnya, sontak saya heran.

Saya pikir memang itu kemauannya. Sebelum itu, ia pernah bercerita bahwa bila hingga usia 25 ia belum mendapatkan calon, ibunya sendiri yang akan mencarikannya partner. Ia pun lekas mencari yang terbaik. Kemudian, ia menjalin hubungan dengan seorang laki-laki baik, tangguh dan memiliki selera humor setara dengannya. Seingat saya, hubungan mereka tidak berjalan lama, hingga akhirnya memutuskan untuk menikah. Laki-laki pilihannya ini, merupakan teman seru untuk bersenda gurau. Ia sangat mudah dekat dengan saya. Menurut saya, ia laki-laki yang lucu dan lincah. Meskipun sebenarnya ia termasuk introvert . Saya pikir, mereka berdua sangat cocok. Karena begitulah teman perempuan saya berlaku. Aktif dan semangat.

Beberapa bulan lalu, suaminya mengalami kecelakaan besar. Saya dan sejumlah teman kaget luar biasa mendengar berita itu. Rasa iba pun melanda. Bayi yang masih kecil, dan perkawinan yang masih seumur jagung. Rasanya tak sanggup membayangkan hal-hal buruk terjadi dalam hidup mereka berdua.

Kejadian seram itu, membuat suami harus memasuki ruang operasi sebanyak tiga kali. Lidahnya hampir putus karena benturan hebat saat ia terjatuh dari motor. Tubuh bagian kirinya lecet tak tersisa, karena terlempar kencang dari ujung ke ujung. Rahang kiri laki-laki ini retak, sehingga memerlukan adanya implantasi. Jadi, Anda bisa bayangkan, bagaimana trauma itu membungkus sekujur tubuhnya. Sedangkan masa pemulihan membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan menahun lamanya. Proses. Ada sebuah proses “pahit” yang harus mereka lewati bersama.

Seiring waktu berjalan, setelah dua kali operasi, wajibnya mengonsumsi obat-obatan, dan terbatasnya pemilihan makanan, saya mengerti, proses ini pasti menjenuhkan. Siapa yang tak bosan dengan tidak melakukan apa-apa selain istirahat? Pimpinan dari perusahaan tempat suami bekerja, memberi waktu dua minggu untuk ia bisa kembali pulih. Toh, tidak ada yang bisa ia kerjakan jika berada dalam kondisi sakit. Percuma.

Namun, baru seminggu saja ia menelan bubur (setiap hari), meminum jus (setiap hari), serta sejumlah obat-obatan yang harus ditelan, ditambah dengan sebuah pernyataan dokter yang mengharuskan ia untuk segera memasuki ruang operasi (ketiga kalinya). Ia mulai terlihat uring-uringan. Remember, there is a child side inside a men?

Tak sampai dua minggu, laki-laki ini memaksakan tubuhnya untuk kembali beraktivitas. Akan tetapi, sang pimpinan merasa tidak senang dengan kehadirannya. Secara fisik, ia belum diperbolehkan untuk banyak bergerak, apalagi berpikir keras. Ia memang harus berada di ruang istirahat total. Paling tidak selama enam bulan. Begitulah yang dikatakan oleh kedua dokter yang menanganinya. Satu dokter ahli bedah, dan satu lagi psikolog handal khusus mengatasi masalah trauma. Perusahaan pun tak sanggup jika harus menunggu selama itu. Maka yang terjadi, secara resmi suami teman saya mengundurkan diri. Dan hilanglah pekerjaan itu.

Masalah semakin genting dan runyam, saat ia mulai (selalu) memasang wajah ketus dalam meratapi nasibnya. Menolak untuk meminum jus (yang menurutnya rasanya tidak karuan). Ia mulai menjadi paranoid. Teman saya bertutur, jatah obat tidur yang seharusnya bertahan untuk dua minggu, habis tak beraturan dalam waktu kurang dari seminggu. Bisa dibayangkan, saat dimana saraf-saraf kita seharusnya lentur dan mengantuk, tapi dipaksa untuk berjaga. Lalu, ia mulai berfantasi.

Sekarang, perempuan tangguh yang kala itu duduk manis di depan saya, bersedih hati tanpa tangis. Sudah sebulan ini ia dan suaminya tak ada kontak. Lucunya, sang suami tak ingin melihat wajah teman saya, karena ia merasa telah dikhianati. Satu malam, laki-laki ini pernah berilusinasi dan yakin bahwa istrinya telah pergi bersama orang lain dengan mobil Avanza putih. Dalam pikiran saya “Apa ada, ya, mobil Avanza bewarna putih di Jakarta ini?” Saya sendiri merasa tidak pernah melihat. Kalau pun ada, hanya beberapa. Tapi putih?

Saya mulai mengrenyitkan jidat. Pada malam suaminya berhalusinasi, teman saya sedang berada di rumahnya bersama sang mertua. Saya percaya teman saya tidak berbohong. Bukan karena ia merupakan sahabat karib saya selama 14 tahun. Tapi karena saya mengenalnya. Jikalau ia pun ternyata memiliki affair dengan orang lain, ia akan bercerita apa adanya.

Kini, satu-satunya cara untuk berkomunikasi bersama suami adalah melalui orang ketiga. Suaminya pindah ke rumah ibunya di bilangan Puncak. Sesekali, teman saya ke sana membawa putrinya. Namun, hanya putrinya yang diperbolehkan masuk. Sedangkan teman saya di luar, do nothing except wait. Ia juga pernah menitip satu surat. Surat yang isinya bukan memaki tapi mengajak. Memberi solusi bukan ilusi.
Tapi, saat surat kedua dilayangkan kembali untuk suami. Laki-laki itu memulangkan dan menolak untuk membaca.

Apakah hati teman saya sedih? Oh, luar biasa terpukul. Hal tersebut seperti sebuah tamparan hebat di pipinya. Saya bilang, bahwa satu-satunya alasan mengapa suaminya menolak untuk membaca adalah karena ia tak kuat untuk membaca. Karena ia takut untuk membuka pikiran baru. Karena ia tidak ingin ada satu orang pun yang mengubah perspektifnya. Bahwa apa yang ia anggap, ia dengar dan ia lihat, adalah mutlak. Menurut siapa? Menurut dia?

Kita semua pasti pernah mendengar kalimat ini: bahwa di balik benar ada kebenaran lainnya. Jika ia merasa tidak mampu, itu bukan karena ia tidak bisa, melainkan ia tidak ingin. Life is choice.

Sejumlah analisa mendarat. Saya pikir, secara tidak sadar laki-laki ini menolak untuk pulih. Menolak untuk menerima keadaaannya sekarang. Lalu mencari kesalahan di dalam diri orang lain. Secara tidak sadar ia menyalahkan semua kecelakaan yang terjadi itu karena sang istri. Entah apa alasannya. Well, am telling you that you are not that bad, buddy. But if you choose to be bad, then let it be. Life is choice anyway.

Sebagai seorang intelektual. Kita harus mampu untuk membuka pikiran pada segala kemungkinan yang dapat terjadi. It’s an opinion. As a social being, we have to receive the energy from the people that surround us. Don’t close your heart, eyes and mind. Jangan biarkan asumsi itu mengelabui kita dari yang benar. Asumsi hanya pikiran tunggal yang bergerak lewat analisa hati. Bukan logika.


Happy evening, dear you!

Wednesday, 2 March 2011

Indulge Your Mind

Are you stuck?

In your work life as well as in your love life, you need to communicate what you need.
But more importantly, you have to be ready to move on if you don't get it.

It's not about refusing to compromise or settle--it's about being firm, in who you are and about what you want out of life.

If you feel you have been compromising too much or that you are being taken for granted.
TODAY! you need to find your backbone and have a nice long talk with that certain someone.

Happy today!